SELAMAT DATANG DI WEBBLOG KIM NAWALA. WEBBLOG INI MEMBERIKAN INFORMASI KEPADA ANDA SEPUTAR KABUPATEN LUMAJANG DENGAN SEGALA KEBERAGAMANNYA
Home » » Kesiapan Industri Manufaktur Menghadapi MEA

Kesiapan Industri Manufaktur Menghadapi MEA

Written By Unknown on Selasa, 10 Maret 2015 | 00.56



Kesiapan  Industri  Manufaktur  Menghadapi  MEA


Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015, Industri manufaktur Nasional dinilai masih belum siap bersaing dengan Industri serupa dari Negara – Negara Asia tenggara. Evaluasi Kementrian Perindustrian menunjukan sekitar 70 persen industri manufaktur di Indonesia belum memiliki daya saing yang cukup.  “ Baru sekitar 30 persen yang telah siap menghadapi persaingan”, kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian Perindustrian, Harjanto di Jakarta.

Harjanto menjelaskan, “ pengukuran kesiapan dan daya saing industri menghadapi MEA tidak hanya dibandingkan dengan industri serupa di Negara Asean. Faktor lain yang juga diperhatikan adalah ketersediaan bahan baku dan jaminan ketersediaan pasokan energi.  kalau bahan baku masih bisa diatasi dengan hilirisasi, tapi kalau soal energi belum ada kejelasannya “.

Menurut Harjanto, “ Negara pesaing Indonesia, seperti Vietnam, sudah merencanakan membangun 10 pembangkit listrik tenaga nuklir. Proyek yang dibantu Rusia dan Jepang itu akan  mulai dibangun pada tahun ini “  Ia menambahkan.
Dengan harga listrik yang lebih murah di Vietnam investor pun akan lebih tertarik berinvestasi di negara itu. Bukan tak mungkin investor dalam negeri juga akan kesana, jika disini, di Indonesia tidak ada energi yang cukup dan murah “ kata Harjanto.


Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance ( Indef ) Enny Sri Hartati mengatakan, “ Indonesia hanya memiliki dua kunci untuk bisa memenangi persaingan industri.
Di Era Masyarakat Ekonomi Asean, kuncinya ada pada kualitas dan harga “, tuturnya ketika dihubungi.
Enny mengungkapkan, “ dengan kualitas yang bermutu dan harga yang murah, produk produk manufaktur dalam negeri berpeluang untuk diminati masyarakat. Selama ini produk buatan dalam negeri , kurang diminati karena kualitasnya yang rendah. Begitu kualitasnya ditingkatkan, dan harganya menjadi jauh lebih mahal.


Ketua Aliansi Logistik dan Forwarded Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi  menilai, kondisi infrastruktur di Indonesia yang belum memadai merupakan penghambat utama pada industri manufaktur di Indonesia. “ semoga Pemerintah mau membuka mata “, ucapnya.

Sebelumnya, Pengamat ekonomi Faisal Basri memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 hanya akan mencapai 5,2 persen. Lalu, pada triwulan II akan turun menjadi 5,1 persen. Jika Tim ekonomi Jokowi – JK bekerja maksimal, pertumbuhan ekonomi pada 2015 hanya 5,8 persen.
Penyebabnya, kata Faisal Basri, selama 10 tahun terakhir ekonomi Indonesia telah memburuk. Pada tahun 2007 Indonesia mengalami defisit pangan, karena angka import lebih tinggi dibanding angka eksport. Setahun kemudian pada tahun 2008 , defisit manufaktur juga terjadi, karena angka eksport lebih tinggi ketumbang import.

Sumber :  rachma.triwiduri@tempo.co.id
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

SEKRETARIAT

Kantor Kecamatan Tempeh
Jl. Raya Tempeh-Pasirian 67371
Desa Tempeh Tengah Kec. Tempeh
Kabupaten Lumajang

Email :
nawala.kim@gmail.com

Contact Person:
Cipto Adhy (085749337477)
Yongky (085646210701)
Khaidar (082132085297)

AYO GERAKKAN 3M PLUS

AYO GERAKKAN 3M PLUS
Mari Galakkan SISKAMLING DB

Arsip Blog

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. (KIM) NAWALA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template