Pedesaan Berbasis Industri Kreatif
Pengolahan limbah sebagai bahan baku produksi |
Seiring
dengan gerakan membangun Desa dan peluncuran program pembangun industri yang
berbasis pedesaan, maka industri kreatif yang menyertakan penerapan teknologi
tepat guna di pedesaan bisa dijadikan
fokus gerakan pembangunan. Industri
kreatif mampu bertahan saat krisisi ekonomi, Tak tergoyahkan.
Bahkan memberikan sumbangan dalam bentuk devisa terhadap pendapatan daerah.
Apabila para
pelaku industri kreatif dan pengembang dari industri yang berbasis di Pedesaan dapat
lebih fokus, maka seluruh potensi pedesaan dapat diberdayakan secara optimal.
Bahkan bukan tidak mungkin, industri kreatif di pedesaan bisa jadi mampu untuk
merealisasikan potensi sebesar 100 triliuan rupiah/tahun. Ada
beberapa kendala serius yang harus dipersiapkan, adalah peran masyarakat
pedesaan yang belum menguasai teknologi, TIK ( Teknologi Informasi dan
Komunikasi ) sebagai infrastruktur produksi yang belum mendukung dan kurangnya
penguasaan komunikasi marketing.
Konstribusi
industri-kreatif tak bisa dianggap remeh dalam konteks ekonomi daerah dan
nasional. Data statistika 2013 kontribusi ekonomi kreatif sebesar Rp
641,8 triliun atau mencapai 7% PDB nasional. Ekonomi Kreatif juga mencatat
surplus perdagangan selama periode 2010 hingga 2013 dengan nilai surplus
sebesar Rp 118 T.
Kontribusi
devisa dari sektor ekonomi kreatif mencapai 11, 89 Milyar USD , sehingga secara
total sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menyumbang devisa sebesar 21,95
Milyar USD atau berkontribusi sebesar 11,04% pada total devisa Indonesia.
Di tingkat
proponsi, Jawa Timur misalnya, ekspor nonmigas Jatim yang didominasi oleh
produk perhiasan yang mencapai nilai 451 juta dolar AS. Produk ungggulan
yang market friendly seperti batik, perak, kaligrafi, bordir,
aksesoris, produk kulit dan makanan ringan. Nilai ekspor non migas di
Jatim dapat memacu pertumbuhan ekonomi provinsi dalam menghasilkan produk
kompetitif.
Unggulan
produk Jatim ini, belum menyentuh industri animasi, dan content televisi
–media penyiaran lainnya sebagai unggulan, sudah mampu memberikan konsribusi
pada peningkatan devisa dan pendapatan daerah.
Artinya,
industri kreatif dibidang TIK belum maksimal. Persoalannya, pada pengembangan
ekonomi-industri kreatif masih terhalang pada kebijakan yang belum pro dan
fokus pada upaya pengadaan Teknologi-Informasi-Komunikasi di pedesaan.
Industri kreatif masih tercentral di perkotaan, karena persoalan
incame, askses perbankan
Hambatan dan
keluhan oleh para pelaku industri kreatif yang dikatakan, akses internet yang
lelet, lambat dan ketersediaan infraktruktur komunikasi atau ketersediaan
energi. Kehadiran desa cyber, belum membudaya, karena belum menjadi
kebijakan atau program massal selama ini. Atau desa digital belum
tersentuh dalam bingkai kebijakan.
Sampai saat ini data PLN mencatat, masih terdapat 10.211 desa yang gelap gulita saat malam hari, desa-desa tersebut sampai hari ini belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN. Jumlah itu kurang lebih 13% dari total seluruh desa di Indonesia yang mencapai 72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012.
Sampai saat ini data PLN mencatat, masih terdapat 10.211 desa yang gelap gulita saat malam hari, desa-desa tersebut sampai hari ini belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN. Jumlah itu kurang lebih 13% dari total seluruh desa di Indonesia yang mencapai 72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012.
Di Indramayu yang
tak jauh dari pusat Kota Jakarta, masih ada sekitar 33.772 KK yang
belum menikmati listrik. 42 persen jumlah desa di Maluku belum juga tersedia
listrik. Di Jawa Timur hampir 8.500 desa yang belum teraliri listrik.
Pertanyaannya, mampukah aliran dana 1, 2 miliar rupiah pertahun pada
setiap desa, mendongkrak industri kreatif?
Keterbatasan
energi listrik akan mempersulit gerak pelaku industri kreatif memenuhi
potensi maksimal. Ini, semua mengingatkan pada gagasan yang bersahaja, dan
aplikatif tentang super digital Indonesia. Tanpa ketersediaan
kapasitas energi yang memadai dan murah–terjangkau, masa depan industri
kreatif tetap menjadi “mimpi belaka” atau hanya sebatas on the paper.
Sumber : www.tempokini.com
KIM Nawala Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !