MEMBUAT
PAKAN UNTUK PEMBESARAN LELE
Sejak
krisis ekonomi tahun 1998, kebutuhan ikan lele meningkat dengan cukup pesat.
Sebab konsumen daging sapi banyak yang baralih ke daging ayam, sementara
konsumen daging ayam banyak yang pindah ke ikan. Dan ikan yang paling banyak
diminta konsumen adalah lele. Sebab dibanding dengan ikan mas, nila dan patin,
maka harga lele termasuk paling rendah. Produksi ikan lele, sebagimana halnya
ikan mas, sudah merupakan agroindustri. Pola spesifikasi hulu tengah hilir
sudah berjalan cukup baik. Pada bagian hulu ada industri pakan dan pembenihan.
Di bagian tengah pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan calon induk, serta
di bagian hilir hanyalah sebatas distribusi dan perdagangan. Industri hulu
pembenihan lele, dibagi menjadi tiga spesifikasi :
Pertama
produsen burayak, yakni anak ikan ukuran di bawah 1 cm. Pada bagian ini,
peternak akan melakukan pemijahan induk secara buatan, menetaskan telur di
akuarium, kemudian membesarkan anak ikan dalam bak-bak pembesaran sampai
mencapai ukuran sekitar 1 cm. Burayak ini selanjutnya akan dibesarkan dalam
bak-bak berukuran lebih besar sampai mencapai ukuran kebul, yakni benih ikan
berukuran antara 1 sd. 3 cm. Selanjutnya kebul akan dibesarkan lagi dalam kolam
atau bak yang berukuran lebih besar lagi, hingga mencapai ukuran antara 3 sd 5
cm. yang disebut sebagai putihan. Saat ini putihan lele banyak yang berukuran
7,5 sd. 10 cm. Hingga pembesaran lele konsumsi bisa dipersingkat antara 1 sd. 3
bulan saja. Yang dimaksud sebagai bak pembesaran, bukanlah bak permanen dari
batu bata dan semen atau beton. Bak tersebut hanya berupa batu bata yang ditata
membujur sebagai dinding setinggi 50 cm, hingga membentuk segi empat dengan
ukuran sesuai volume benih yang akan dibesarkan. Kadang-kadang dinding bak
tersebut hanya berupa papan yang diperkuat kaso. Sebagai dasar bak, dihamparkan
pasir yang kemudian diratakan serta dipadatkan. Bak darurat itu lalu dilapis
plastik.
Air yang digunakan hanyalah air sumur biasa, air dari kali atau sumber air
lainnya. Peralatan yang sangat penting adalah pompa sedot yang dihubungkan
dengan filter. Air dalam bak darurat itu harus bersirkulasi dengan bantuan
pompa, masuk ke dalam filter untuk menyaring kotoran lalu dikembalikan ke dalam
bak. Teknologi ini sudah biasa dipergunakan oleh penangkar benih ikan dalam
menangani air akuarium. Juga digunakan dalam kolam-kolam taman di perumahan.
Praktis, investasi bak demikian sangat murah. Nilai paling tinggi hanyalah pada
plastik dan pompa. Satu petak bak ukuran 3 X 5 m. misalnya, hanya akan
menghabiskan biaya sekitar Rp 50.000,- apabila kita membangun minimal 5
petakan. Pompa berikut filternya sekitar Rp 250.000,- yang bisa digunakan untuk
sirkulasi bagi 5 petak kolam tersebut. Hingga investasi tiap petaknya hanya
sekitar Rp 100.000,- Komponen biaya paling tinggi dalam industri peternakan dan
perikanan adalah pakan. Apabila peternak menggunakan pakan buatan dari toko,
nilainya bisa mencapai 70% dari seluruh komponen biaya. Saat ini harga pakan
buatan sudah sekitar Rp 2.500,- per kg. Karenanya, para peternak lele biasanya
memilih menggunakan pakan ramuan sendiri hingga marjin yang diperoleh bisa
lebih besar dibanding penggunaan pakan buatan pabrik.
Biasanya,
para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari dedak halus (bekatul) 20%,
ampas tahu 20%, menir atau jagung giling 20%, dan ayam broiller mati yang
dibeli borongan di peternakan ayam atau ikan rucah yang dibeli di
TempatPelelangan Ikan (TPI) sebanyak 35%, tepung tapioka 5% dan vitamin C serta
B Complex. Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil
dagingnya. Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu
digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat.
Adonan dibentuk lempengan seperti pempek Palembang lalu dikukus sampai
benar-benar masak. Tanda kemasakan adalah,apabila ditusuk, sudah tidak ada
bagian yang berwarna keputih-putihan. Pakan ramuan sendiri inilah yang
dijadikan menu sehari-hari lele tersebut. Baik yang masih berupa burayak,
kebul, putihan maupun lele konsumsi. Bedanya, pada pakan burayak, komposisi
protein hewaninya diperbesar menjadi 50% dengan ditambah kuning telur.
Telur-telur ini pun merupakan telur afkir yang kondisinya masih bagus, yang
dibeli di pengusaha penetasan telur ayam maupun itik. Dedak halus, ampas tahu
dan menir atau jagungnya dikurangi hingga masing-masing tinggal 15%.
Pakan
berupa "kue kukus" tersebut bisa tahan disimpan di kulkas sampai
dengan 1 minggu. Hingga produksi pakan yang sangat merepotkan ini bisa
dilakukan selang 1 minggu sekali, 3 hari sekali atau sesuai dengan kesempatan
dan kebutuhan. Cara pemberian pakan cukup dengan ditaruh dalam tampah, nyiru
atau nampan kayu dan dimasukkan ke dalam bak atau kolam. Tampah, nyiru
atau kotak kayu ini dibuat tiga susun. Tampah paling bawah berukuran paling
besar, yang ditengah tanggung dan yang di atas paling kecil. Tiga tampah ini
diikat kawat dengan jarak sekitar 15 cm. dan diberi gantungan untuk
mengikatkannya di tiang pancang, hingga tampah paling atas hanya masuk ke dalam
air sebatas 10 sd. 20 cm. Pakan hanya ditaruh pada tampah bagian atas. Tetapi
karena lele itu akan makan secara berebutan, maka pakan akan berhamburan dan
jatuh pada tampah kedua. Di sini pun pakan diperebutkan dan kembali
berhamburan. Tetapi karena pakan di tampah kedua hanya merupakan ceceran dari
tampah diatasnya, maka yang jatuh ke tampah ketiga pun volumenya terbatas.
Dengan cara tersebut, pakan yang jatuh dan masuk ke dalam kolam bisa diminimalkan. Burayak, kebul, putihan atau lele di kolam pembesaran itu akan langsung berebutan setiapkali pakan disajikan. Porsi pemberiannya harus pas. Cara untuk mengukur kebutuhan pakan adalah dengan menaruh pakan sedikit demi sedikit. Kalau pakan yang ditaruh habis, berarti perlu ditaruh sedikit lagi. Demikian seterusnya sampai anak lele atau lele konsumsi di kolam pembesaran itu tidak mau makan lagi. Setelah lele kenyang, maka tempat pakan itu diangkat agar pakan yang tersisa tidak mencemari kolam. Pemberian pakan harus dilakukan sesering mungkin. Dalam sehari, pemberian pakan bisa berlangsung empat sampai lima kali. Keterlambatan pemberian pakan, juga pemberian pakan dengan frekuansi hanya dua sampai tiga kali, akan mengakibatkan sebagian lele mengalami kelambatan pertumbuhan, sementara sebagian lain akan tumbuh dengan sangat pesat. Akibatnya akan terjadi kanibalisme. Lele yang kontet menjadi mangsa lele yang pertumbuhannya sangat pesat. Individu lele yang sering melakukan kanibal, akan tumbuh lebih pesat lagi hingga potensial untuk memangsa teman-temannya lebih banyak lagi.
Dengan cara tersebut, pakan yang jatuh dan masuk ke dalam kolam bisa diminimalkan. Burayak, kebul, putihan atau lele di kolam pembesaran itu akan langsung berebutan setiapkali pakan disajikan. Porsi pemberiannya harus pas. Cara untuk mengukur kebutuhan pakan adalah dengan menaruh pakan sedikit demi sedikit. Kalau pakan yang ditaruh habis, berarti perlu ditaruh sedikit lagi. Demikian seterusnya sampai anak lele atau lele konsumsi di kolam pembesaran itu tidak mau makan lagi. Setelah lele kenyang, maka tempat pakan itu diangkat agar pakan yang tersisa tidak mencemari kolam. Pemberian pakan harus dilakukan sesering mungkin. Dalam sehari, pemberian pakan bisa berlangsung empat sampai lima kali. Keterlambatan pemberian pakan, juga pemberian pakan dengan frekuansi hanya dua sampai tiga kali, akan mengakibatkan sebagian lele mengalami kelambatan pertumbuhan, sementara sebagian lain akan tumbuh dengan sangat pesat. Akibatnya akan terjadi kanibalisme. Lele yang kontet menjadi mangsa lele yang pertumbuhannya sangat pesat. Individu lele yang sering melakukan kanibal, akan tumbuh lebih pesat lagi hingga potensial untuk memangsa teman-temannya lebih banyak lagi.
Harga
dedak halus, saat ini Rp 800,- per kg. (kering). Harga ampas tahu sekitar Rp
150,- (basah). Harga ayam mati Rp 1.000,- per ekor bobot 1,5 kg. kotor atau
0,75 kg.daging. Menir atau jagung giling Rp 1.500,- per kg. Tepung
tapioka Rp 2.000,- per kg. Vitamin-vitamin senilai Rp 50,- per kg. ramuan.
Dengan komposisi dedak halus, ampas tahu dan menir 20%, ayam 35% dan tepung
tapioka 5%, maka nilai pakan dengan bobot 10 kg adalah Rp 10.900,- atau per kg.
basah Rp 1.140,- Biaya produksi (tenaga kerja + bahan bakar) sekitar Rp 200,-
per kg. Hingga total nilai pakan Rp 1.340,- bobot basah atau bobot kering Rp 2
000,- Dengan asumsi harga pakan pabrik Rp 2.500,- per kg, maka harga pakan
ramuan sendiri ini lebih murah Rp 500,- per kg. Harga lele di tingkat peternak,
saat ini Rp 5.500,- dari harga tersebut, peternak mengambil marjin sekitar 20%,
hingga harga pokoknya Rp 4.400,- Dari harga pokok tersebut, sekitar 70% atau Rp
3.080,- merupakan nilai pakan. Harga ini menggunakan patokan perhitungan
pakan pabrik dengan bobot 1,232 kg. Apabila menggunakan pakan ramuan sendiri
dengan nilai Rp 2.000,-per kg, maka nilai pakan itu hanya Rp 2.464,- Berarti,
dari tiap kg. ikan lele yang diproduksi menggunakan pakan ramuan sendiri,
peternak memperloleh tambahan marjin Rp 616,- Dengan volume pembesaran lele 10
ton dalam jangka waktu 3 bulan, maka marjin tambahan yang bisa diperoleh
peternak dari penggunaan pakan tambahan adalah Rp 6.160.000,-
Perhitungan
ramuan pakan dengan konversinya pasti akan sangat bervariasi, tergantung lokasi
peternakan dan kejelian peternak untuk memperolehbahan pakan yang berkualitas
sama baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Kelebihan penggunaan pakan
buatan sendiri adalah, peternak bisa mengatur komposisi protein hewani maupun
nabatinya, sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada. Peternak juga bisa
mempertinggi prosentase protein hewaninya agar pertumbuhan lele bisa
dipercepat, namun tanpa terlalu besar menambah beban biaya pakan akibat
pembengkakan nilai protein hewani terebut. Ini semua memerlukan kejelian yang
luarbiasa, hingga keong sawah atau darat, kepompong ulat sutera dan cacing
tanah misalnya, akan mampu memperbesar marjin. Pemeliharaan cacing tanah,
paling tinggi hanya boleh menghabiskan biaya produksi Rp 2.000 per kg. Ini
dimungkinkan sebab komponen pakan cacing adalah limbah organik. Meskipun nilai
gizi cacing tanah terlalu tinggi untuk dimanfaatkan bagi pembesaran lele.
Cacing tanah lebih cocok untuk pakan pembesaran ikan yang nilai ekonomisnya juga
lebih tinggi dari lele.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !