Minat
Baca Masyarakat Pedesaan
{ kim nawala }- Seperti telah banyak di paparkan oleh banyak
orang sebelumnya, bahwa minat baca masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
Pedesaan masih belum menunjukkan kemauan yang menggembirakan. Mereka
lebih suka dengan televisi dan internet dari pada mencari data dan informasi
dengan membaca buku . Sebuah penelitian menyebutkan Angka melek huruf (literacy
rate) di Indonesia relatif belum tinggi, yaitu baru 88 persen, itupun belum
merata atau terjadi perbedaan untuk tiap daerah, seperti di Jawa Timur angka
melek huruf sebesar 92%. Di negara maju seperti Jepang angka tersebut sudah
mencapai 99 persen.
(http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Umum/minat-dan-kebiasaan-membaca-masyarakat-jawa-timur.html)
.
Lebih lanjut lagi disebutkan, United Nations Development
Programme (UNDP) telah menjadikan angka melek huruf sebagai salah satu
indikator untuk mengukur kualitas suatu bangsa. Indikator tersebut didasarkan
pada tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau human development
index (HDI) melalui tingi rendahnya melek huruf masyarakat. Sedangkan
tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa. Dalam publikasi UNDP yang
terakhir tahun 2003, Indonesia berada di peringkat 112 dari 174 negara dalam
hal kualitas bangsa. Di dalam daftar ini Indonesia di bawah Vietnam (109),
Thailand (74), Malaysia (58), dan Brunei Darussalam (31). Berdasarkan publikasi
UNDP maka kualitas bangsa Indonesia masih belum maksimal dan lebih rendah
dibanding bangsa-bangsa tersebut. Hal demikian diantaranya disebabkan belum
maksimalnya angka melek huruf kita.
(http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Umum/minat-dan-kebiasaan-membaca-masyarakat-jawa-timur.html).
Dan belum maksimalnya angka melek huruf bangsa kita diantaranya disebabkan
kurangnya minat baca masyarakat.
Masyarakat lebih suka mendengar dan melihat atau lebih mampu
membeli televisi, computer, DVD dan barang-barang lainnya daripada membeli
buku. Keadaan demikian masih banyak terjadi di lingkungan pedesaan, mungkin
karena faktor pendidikan dan lainnya. Lain halnya dengan masyarakat di daerah
perkotaan, kesadaran dan kebutuhan untuk membeli buku lebih tinggi daripada
masyarakat pedesaan. Untuk pembelian buku juga masih di dominasi oleh
mayarakat perkotaan. Akhirnya semakin langka saja ketersediaan buku-buku di
pertokoan pedesaan, karena para penerbit lebih membidik dan memperhatikan
pasar perkotoaan untuk pendistribusian buku-buku terbitannya.
Bagaimana solusi untuk merangsang atau memotivasi
minat baca masyarakat pedesaan? Tentu saja dengan tidak memberatkan
masyarakat dalam hal biaya dan materi. Sebut saja gratis dengan tidak
mengeluarkan biaya. Karena masyarakat akan mengemukakan berbagai alasan
untuk tidak menerima ajakan budaya baca yang digalakkkan dengan alasan
biaya tersebut. Padahal, telah kita ketahui, mereka mampu membeli
barang-barang yang berharga keperluan hidupnya, dan mereka banyak membuang
waktu luangnya dengan menonton televisi ataupun mengobrol. Oleh sebab itu
pengembangan minat dan kebiasaan membaca perlu dikondisikan dalam kehidupan
masyarakat, jika kita menginginkan masyarakat kita menjadi lebih maju.
Pendirian Taman Bacaan Masyarakat, Rumah Baca Desa atau Perpustakaan
Desa merupakan solusi yang tepat untuk merangsang minat baca masyarakat
khususnya masyarakat Pedesaan, Masyarakat bisa membaca dengan gratis tanpa
dipungut biaya. Dengan adanya taman baca Masyarakat, Rumah Baca Masyarakat atau
perpustakaan desa, dapat memudahkan dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
sehingga pengetahuan dan kecerdasan masyarakat akan meningkat. Dengan
meningkatnya kecerdasan dan pengetahuan masayarkat, wawasan masyarakat akan
semakin luas dan perikalu masyarakat juga akan berubah, akhirnya
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dengan mengaplikasikan
informasi-informasi yang mereka dapatkan dari perpustakaan dan Rumah
Baca Desa serta Taman Baca Masyarakat tersebut.
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana strategi menghidupkan
Taman Baca Masyarakat, Rumah Baca Desa dan perpustakaan desa tetap eksis
dan melekat di hati masyarakat?, sehingga budaya baca juga tertanam dalam
masyarakat. Karena, banyak perpustakaan Desa. Rumah Baca Desa dan Taman
Baca Masyarakat hanya dapat bertahan sebulan dua bulan ramai di kunjungi,
setelahnya sepi tanpa pengunjung hingga perpustakaaan dan pustakawan putus asa
dalam mengatasi hal ini. Selain koleksi yang harus selalu diperbaharui,
Pustakawan memegang peranan penting dalam hal promosi. Pustakawan harus
bisa menjadi penggerak budaya baca masyarakat sekitarnya apabila menginginkan
perpustakaan dan Taman bacaan tetap eksis di masyarakat.
Dalam hal ini, anak-anak usia sekolah bisa di jadikan motor
penggerak untuk merangsang minat baca masyarakat lainnya. Perpustakaan Desa,
Rumah Baca Desa atau Taman baca Masyarakat harus sering mengadakan lomba,
seperti lomba mendongeng dan bercerita, lomba membaca buku, dan lainnya.
Dan untuk masyarakat dewasa dan orang tua, perpusdes, RBD Dan TBM bisa
mengadakan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan,
misalnya pelatihan membuat pupuk untuk para petani, pelatihan home
industri dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat tersebut, dan
belajar berbagai hal. Pengertian belajar tidak hanya di pendidikan formal
juga harus selalu ditanamkan dalam masyarakat. Belajar boleh dimana saja dan
kapan saja, dan perpustakaan merupakan media belajar mandiri yang tepat untuk
masyarakat. Karena, sebagian masyarakat pedesaan masih banyak yang
beranggapan bahwa belajar hanya di sekolah dan milik orang-orang kaya dan mampu
saja dan perpustakaan hanya merupakan tempat berkumpulnya citivas akademika dan
ilmuwan saja.
Selain itu, perpusdes, RBD dan TBM juga perlu
memperhatikan masukan dari masyarakat, misalnya lebih mendekatkan unit
perpustakaan di lingkungan masyarakat, karena masyarakat akan beralasan malas
untuk pergi ke perpustakaan apabila lokasinya jauh dari pemukiman masyarakat
atau sulit dijangkau. Memperhatikan kebutuhan informasi masyarakat juga sangat
penting agar pengadaan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk menjangkau minat baca masyarakat yang lebih dalam lagi, perpustakaan
keliling perlu lebih proaktif, dan penyuluhan minat baca secara terus
menerus. Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan budaya baca masyarakat pedesaan,
perpustakaan juga bisa menerapkan berbagai inovasi seperti penerapan
tehnologi informasi dalam penelusuran koleksi perpustakaan, dan kemasan buku
yang mudah dipahami masyarakat juga harus menjadi perhatian terutama untuk
masyarakat dari kalangan berpendidikan rendah. Akhirnya dengan terus adanya
interaksi dan komunikasi antara perpustakaan dan masyarakat akan dapat mencapai
tujuan diantara keduanya yaitu pengembangan budaya baca masyarakat meningkatkan
dan pemberdayaan perpustakaan masyarakat akan berhasil optimal (KIM-N/C.A)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !