Industri Kecil Berbasis Pedesaan
{kim nawala }- Kemajuan pembangunan ekonomi yang dicapai Indonesia
masih belum memberikan manfaat merata bagi sebagian penduduk terutama yang
tinggal di Pedesaan. Sah sah saja para pejabat dan politikus bicara bahwa
pertumbuhan ekonomi kita signifikan dan berada pada jalur yang benar.
Namun masalah ketimpangan kesempatan kerja dalam pembangunan di Indonesia,
yaitu utamanya antara kawasan pedesaan dan perkotaan akan tetap menjadi isu
krusial dan aktual pada saat ini.
Kalau dicermati, terutama di kawasan Pedesaan
maka persoalan utamanya berawal dari kesenjangan antara perkembangan angkatan
kerja dengan kemampuan berbagai sektor perekonomiannya dalam menyerap tenaga
kerja. Contohnya, berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian akibat
menyempitnya lahan-lahan pertanian dan perkembangan teknologi yang semakin
menggeser sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja di pedesaan. Efek dari hal
ini mereka akan beralih ke dunia yang lebih formal di luar pertanian. Bukan
masalah jika mereka mempunyai pendidikan dan keahlian yang memadai. Tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa akan ada banyak kendala dalam peralihan profesi
seperti ini. Bukan hanya terkait dengan tingkat pendidikan dan keahlian saja,
Namun juga dengan masalah kendala budaya baru dalam memasuki pasar tenaga kerja
non pertanian terutama yang berada di perkotaan.
Salah satu alternatif pemecahan masalah
kesempatan kerja di pedesaan tersebut adalah dengan mengembangan industri kecil
terutama yang berbasis lokal dan pertanian. Industri kecil relatif tidak
menuntut persyaratan tenaga kerja yang berkeahlian dan berketerampilan tinggi,
sehingga diharapkan industri kecil dan skala rumah tangga dapat dikembangkan di
pedesaan yang tingkat pendidikan dan kemampuan ekonominya relatif rendah.
Selain itu, industri kecil yang berbasis pertanian juga mempunyai potensi dalam
mendinamisasikan perekonomian pedesaan.
Industri kecil di pedesaan diharapkan mampu
memotivasi kreatifitas dan menampung tenaga kerja bagi masyarakat Desa. Minimal
mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Dampak
positif berikutnya tentu saja akan mampu menarik partisipasi masyarakat ekonomi
lemah agar berperan secara aktif dalam pembangunan sehingga kesempatan kerja
dan memperoleh pendapatan semakin tinggi.
Dengan demikian maka industri kecil
sesungguhnya bisa menjadi jembatan dalam pengembangan pendapatan dan
penampungan tenaga kerja di pedesaan serta untuk mensejajarkan peranannya
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, harus diakui
bahwa perkembangan industri kecil selama ini belum mampu menyamai laju
pertumbuhan tenaga kerja, namun setidaknya industri kecil telah menjadi tumpuan
harapan bagi masyarakat banyak untuk menciptakan lapangan kerja.
Jika industri kecil dan skala rumah tangga
di pedesaan merupakan pekerjaan pokok dan milik sendiri maka pendapatan atau
penghasilan yang mungkin diterima pelakunya akan semakin besar. Tetapi bila
sebagai pekerjaan sampingan atau hanya sekadar mencari upah pada orang lain
menyebabkan penghasilan yang diterimanya semakin kecil dan mungkin hanya
sebagai penutup berbagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Terpenuhinya semua kebutuhan masyarakat
maka secara otomatis sektor industri kecil menjadi wahana peningkatan taraf
hidup atau kesejahteraan masyarakat di pedesaan.
Dengan berkembangnya industri kecil tentu
saja akan mengakibatkan keanekaragaman produk dan hasil lainnya yang
menyebabkan berubahnya pola konsumsi dalam masyarakat di pedesaan. Jika
sebelumnya konsumsi awalnya terbatas pada beberapa jenis barang saja, Namun
setelah industri kecil berkembang, maka pola konsumsi masyarakat desa pun
menjadi beranekaragam sesuai dengan selera dan produk yang dihasilkan. Dengan
Keanekaragaman hasil industri kecil di masyarakat desa mengakibatkan turunnya
harga-harga barang konsumsi akibat terjadinya persaingan yang ketat dan
turunnya harga-harga tersebut akan menguntungkan para konsumen yang berekonomi
lemah atau masyarakat kecil yaitu karena dapat terjangkau apabila ingin
mengkonsumsi barang-barang tersebut.
Tantangan yang dihadapi industri kecil secara
umum adalah pada kelemahan manajerialnya. Ini terjadi baik pada organisasi yang
dibentuk, pemasaran, perencanaan, maupun pada kelemahan administrasi keuangan.
Booth dan Mc Crawley (1990) setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati
dalam membangun industri kecil seperti ini :
Pertama sikap dasar pengusaha ditandai oleh
pendekatan otokratik. Ini dapat dilihat dari pimpinan perusahaan yang mempunyai
kebutuhan sangat rendah akan informasi dari orang lain serta mutu kepemimpinan
dan inisiatif dari rekan kerja, memberikan ruang partisipasi bagi rekan
kerja dalam pengambilan keputusan.
Kedua kurangnya ketrampilan dasar yang diperlukan
untuk mengelola suatu usaha agar berhasil dengan baik. Kekurangan ini di semua
bidang dunia usaha tetapi bukan pengetahuan yang baik mengenai produk atau
metode pembuatannya karena kedua hal inilah sebenarnya yang mendorong pengusaha
untuk berdiri sendiri. Masalah Kekurangan pengetahuan ini dapat dilihat di
berbagai aspek seperti keuangan, administrasi, distribusi, pemasaran,
pengelolaan sumber daya. Lebih lanjut hal ini akan membuat pihak investor atau
bank tidak bersedia menyediakan kredit. Ini artinya pengusaha kecil akan tetap
kesulitan dalam usahanya meningkatkan modal untuk perluasan dan pembesaran
modal dan produksinya.
Ketiga, keengganan pengusaha kecil untuk mencari
informasi tentang lembaga-lembaga yang dapat membantunya. Selain itu keengganan
pengusaha-pengusaha kecil menjadi anggota atau perserikatan-perserikatan bebas
lainnya dalam ekonomi termasuk juga mengikuti pelatihan-pelatihan terkait.
Ciri-ciri industri kecil di Indonesia yang
seperti ini hampir merata ada di seluruh desa-desa yang ada. Maka ini harus
menjadi perhatian utama jika ingin membangun industri kecil di kawasan pedesaan.
Hal terpenting untuk diupayakan adalah perlunya penguatan kelembagaan ekonomi
kecil tersebut. Masalah yang dihadapi industri kecil di pedesaan dapat direspon
sesuai dengan karakter industri itu sendiri (KIM-N/C.A)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !