MATOWANGI DARI DESA
PANDANWANGI
Matowangi dari Desa Pandanwangi |
Matowangi, adalah sebuah nama yang diberikan oleh
Bapak Bupati DR. Sjahrazad Masdar. MA pada tanaman buah matoa yang berasal dari
tanah Papua di tahun 2011, pada saat itu bersamaan dengan kegiatan Bapak Bupati
dalam acara sambang Desa yang bertempat di Balai Desa Tempeh Kidul Kecamatan
Tempeh.
Matowangi sebenarnya adalah tanaman buah yang banyak
tumbuh dan berkembang di tanah Papua, ditempat asalnya tanaman tersebut dikenal
dengan nama Matoa. Bentuk buahnya mirip sekali dengan buah klengkeng yang
banyak dikenal, hanya saja dalam ukuran matoa berukuran sedikit lebih besar.
Berkulit kasar dan sedikit keras, tetapi memiliki daging buah yang cukup tebal
dan memiliki aroma khas serta rasa yang manis.
Awalnya, pada tahun 2006 seorang anggota TNI AL yang
kebetulan berasal dari Dusun Pemukiman Desa Pandanwangi, datang pulang kampung
setelah bertugas ditanah papua. Kedatangannya dikampung halaman membawa oleh
oleh atau buah tangan berupa buah Matoa. Dari sinilah pengembangan buah matoa
berawal, karena selain buah matoa, anggota TNI AL tersebut juga membawa bibit
matoa sebanyak 2 polibag kecil.
Bibit matoa sebanyak 2 polibag tersebut ditanam
didepan rumah, penanamannya tidak dipisahkan, tetapi dua polibag tersebut
dijadikan satu lobang penanaman. Pasca tanam matoa tumbuh membesar seiring
dengan berjalannya waktu, hingga 3 tahun kemudian, matoa yang telah tumbuh
rindang didepan rumah mulai berbunga dan
selanjutnya berbuah
Buah pertama, sungguh diluar dugaan, karena buahnya
lebat dan nyaris utuh tanpa gangguan serangan hama. Sehingga hasil panen buah
matoa yang pertama cukup untuk dibagi bagikan pada saudara, kerabat, dan teman
teman. Melihat hasil panen yang bagus, pada akhirnya mengundang minat saudara,
kerabat dan teman teman untuk mencoba membudidayakan.
Pengembangan Matowangi di halaman rumah |
Sehingga pada tahun 2010, di Dusun Pemukiman Desa
Pandanwangi, hampir disetiap pekarangan rumah ada tanaman matoa. Dengan
bertambahnya masyarakat yang menanam buah matoa di Dusun Pemukiman akhirnya
mulai menyebar di berbagai penjuru Desa Pandanwangi, sampai suatu saat Camat
Tempeh, saat itu Bapak Drs. Sugeng Supriono. MM tertarik untuk mempromosikan
matoa yang dikembangkan dan dibudidayakan di Desa Pandanwangi, menjadi salah
satu unggulan baru dari Kabupaten Lumajang.
Dan pada acara Sambang Desa Bapak Bupati dan Bapak
Wakil Bupati pada tahun 2011, Bapak Camat Tempeh Drs. Sugeng Supriono. MM,
memohon pada Bapak Bupati untuk berkenan memberikan nama pada tanaman matoa
yang telah dikembangkan dan dibudidayakan di Desa Pandanwangi. Akhirnya dalam
kata sambutan, Bapak Bupati DR. Sjahrazad Masdar. MA berkenan memberikan nama Matowangi.
Pada kesempatan itu, Bapak Bupati berharap Matowangi dapat dikembangkan
dan dibudidayakan lebih banyak lagi, jika klengkeng dari Kabupaten lain dapat
berkembang dengan baik, kenapa matowangi tidak bisa, sebab matowangi dapat
tumbuh dan berkembang baik hampir disegala lahan dan suhu yang berbeda.
Setelah 4 tahun berlalu, matowangi nyaris terlupakan.
Masyarakat lebih menyukai menanam tanaman lain ketimbang menanam matowangi,
sebab dari sisi penghasilan tanaman lain lebih menjanjikan keuntungan. Karena
faktanya, matowangi ketika berbuah dan menjelang tua, banyak diserang oleh
hama, khususnya kalelawar, kalong maupun tikus.
Hal inilah yang membuat masyarakat enggan untuk
menanam dan membudidayakan matowangi.
Tetapi sebenarnya jika matowangi ditanam dengan konsep
penghijauan, maka matowangi lebih mengena. Sebab matowangi memiliki daun yang
lebar, jumlah cabang yang banyak, sehingga dapat dijadikan sarana peneduh dipinggir
jalan dan tempat lainnya.
Disampaikan :
KIM Nawala Kecamatan Tempeh Kabupaten
Lumajang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !