Sosok Seorang Ayah

Sosok Seorang Ayah

 ( KIM Nawala )- Dalam kehidupan sehari hari, khususnya yang berkaitan dengan anak anak, mungkin Ibu lah yang lebih terlihat memberikan perhatian kepada anak anaknya. Saat anak anak pergi bermain dan melupakan tidur siang, bahkan melupakan makan siang, maka Ibu lah yang akan pergi mencari keberadaan anak anak dan menyuruh anak anak segera makan kemudian tidur siang.

Namun tahukah kita bahwa sebenarnya Ayah lah yang selalu mengingatkan kepada Ibu untuk menjaga anak anak, memperhatikan makan minum anak anaknya, merawat anak anak dengan penuh kasih sayang.

Semasa kecil, anak anak hanya mengetahui bahwa Ibu lah yang sering menggendong anak anaknya, sehingga yang dirasakan bahwa kasih sayang Ibu sangatlah besar kepada anak anak, namun apakah anak anak mengetahui, bahwa saat Ayah pulang kerja dengan wajah letih, peluh yang mengering dan berbau dibajunya, selalu keadaan anak anak lah yang menjadi pertanyaan pertama. Seakan akan, keadaan anak anak lebih penting dari rasa capai dan letih yang dirasakan seorang ayah.

Bahkan tak jarang, ketika Ayah pulang dari bekerja,  Ayah hanya bisa memandang dan tersenyum saja kepada anaknya ketika mendapati anak anak sudah terlelap dalam tidur. Tak tega rasa hatinya mengusik ketenangan tidur anak anak dengan menggendong bahkan menciumnya sekalipun.

Anak anak tak pernah mengetahui Bahwa Ayah lah yang selalu menanyakan kepada Ibu tentang aktifitas anak anaknya setiap hari, Ayah juga memperhatikan kebutuhan anak anaknya, tidak hanya pada kebutuhan sandang, pangan dan papan saja, bahkan sampai pada kebutuhan alat permainan anak anaknya pun diperhatikan oleh Ayah. Memang Ayah jarang atau tak pernah menanyakan kebutuhan itu pada anak anaknya, tetapi Ayah selalu menanyakan dan mencari tahu dari Ibu.

Kadang Ayah memang terlihat kesal, dan tanpa sadar membentak anaknya, ketika mendapati anaknya sakit, padahal berkali kali Ayah telah mengingatkan anak anak untuk tidak makan ini atau makan itu, sebab akibat makanan tersebut anak anak pasti akan sakit. Anak anak hanya bisa merasakan bentakan Ayah, belum bisa mengartikan sikap kesal Ayah dan tidak menyadari akibat dari kebandelannya, sehingga anak anak berpendapat bahwa ayah nya galak, sehingga anak anak menangis dan mengadukannya pad Ibu. Tetapi tahukah anak anak apa yang dirasakan Ayah saat itu ?

Ketika anak anak telah menginjak usia Remaja dan ada anaknya yang meminta ijin untuk keluar malam, maka dengan suara tegas Ayah berkata “ Tidak boleh “. Mendengar jawaban Ayah yang tegas itu, anak anak akan berfikir bahwa dirinya terkekang dan terkungkung. Mereka tidak menyadari, bahwa sikap Ayah nya sebenarnya adalah untuk menjaga dan melindungi anak anak. Sebab, anak anak bagi seorang Ayah adalah harta terbesar dalam hidupnya, sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, sehingga harus dijaga dan dilindungi dengan segenap jiwa raganya.

Hingga saat anak anak menurut penilaian Ayah sudah bisa menjaga diri, Ayah sudah memperbolehkan anak anak beraktifitas diluar rumah. Ayah dengan setia akan mengantarkan dan menjemput anaknya. Seringkali Ayah tidak bisa melakukan antar jemput karena kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga, Ayah pasti akan meminta Ibu untuk menemani, atau untuk antar jemput anak anaknya.

Dikala anak anaknya memerlukan biaya pendidikan di perguruan tinggi, Ayah hanya bisa meng iya kan saja tanpa bisa menolak. Ayah akan berusaha keras untuk dapat memenuhi keperluan anaknya. Ayah tak pernah malu untuk berupaya, meskipun harus hutang dibeberapa tempat. Bahkan Ayah rela berangkat bekerja dengan membonceng pada kawannya, karena sepeda motornya digadaikan untuk dapat memenuhi keperluan anaknya. Ayah juga tak pernah mengeluh, ketika harus ikut kerja malam sebagai penjaga malam, karena yang terpenting adalah mencukupi kebutuhan anak anaknya.

Ketika anaknya meraih prestasi, Ayah lah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan memuji. Ayah lah yang dengan bangganya memberitahukan pada kerabat dan saudara, bahwa anaknya telah sukses. Dalam sujud syukurnya Ayah selalu mendo’akan anak anaknya, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesuksesan anak anaknya. Meskipun tak terucap, Ayah adalah orang pertama yang mengkagumi kesuksesan anak anaknya.

Sampai pada saat anaknya menemukan pasangan hidupnya, Ayah akan dengan sangat berhati hati mengijinkan pada anaknya untuk melangsungkan pernikahan. Dan Ayah akan dengan sibuknya mempersiapkan pernikahan anaknya, hingga akhirnya Ayah dengan mata berkaca kaca memberikan restu kepada sepasang anaknya.

Ketika waktu telah berlalu dengan cepatnya, dan ketika anak anak telah mencapai kesuksesan ditempat lain yang jauh dari tempat tinggal seorang Ayah, maka Ayah dan Ibu masih saja terus mendoakan untuk kesuksesan anak anaknya, kesehatan anak dan cucunya. Tetapi pernahkah anak anak mengetahui, betapa Ayah dan Ibunya sangat merindukan kehadiran anak anak ? Betapa Bahagia dan bangganya seorang Ayah, ketika dihari raya Lebaran mendapatkan kiriman sepotong baju koko, selembar sarung dan sebuah kopiah dari anaknya.

Manakala sosok seorang Ayah beranjak semakin tua dan semakin renta, maka sosok Ayah akan menjadi semakin arif dan memahami ketidak hadiran anak anaknya. Dan nyaris tak pernah mengeluh saat anak anaknya tak bisa menjenguknya setiap tahun, namun satu hal yang pasti dilakukan oleh sosok seorang Ayah, Ayah akan selalu bangga pada anak anaknya dan selalu mendoa kan untuk kesuksesan serta kebahagiaan anak anaknya. { KIM-N/C.A. }