SELAMAT DATANG DI WEBBLOG KIM NAWALA. WEBBLOG INI MEMBERIKAN INFORMASI KEPADA ANDA SEPUTAR KABUPATEN LUMAJANG DENGAN SEGALA KEBERAGAMANNYA
Home » » Dunia Pendidikan di Indonesia

Dunia Pendidikan di Indonesia

Written By Unknown on Senin, 04 Mei 2015 | 22.48



DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kunci utama akselerasi percepatan pertumbuhan suatu bangsa terletak pada kualitas sumber daya manusia, untuk itu pendidikan merupakan aspek yang paling penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Kenyataannya, kualitas SDM kita diakui memang masih belum memadai, dengan tingkat Human Development Index di angka 108 (World Bank, 2006), tingkat daya saing Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara serumpun yang dahulu berada dibelakang Indonesia.

Selanjtunya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) setiap tahun melaporkan Human Development Index (HDI) yang menggambarkan rangking mutu pendidikan untuk seluruh dunia kepada Negara anggota dan organisasi internasional. Pada tahun 2006 urutan sepuluh teratas adalah Norway, Iceland, Australia, Irelan, Sweden, Canada, Japan, USA dan Switzerland, Negara tetangga terdekat Singapore menempati nomor 25, Malaysia nomor urut 61, dan China nomor urut 8, sedangkan Indonesia pada urut 108.
Permasalahan pendidikan nasional ibarat dilema benang kusut yang sangat sistemik dan kompleks. Bermula dari ketidakpedulian dan/atau ketidaktahuan para penyelenggara negara tentang peran penting pendidikan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan dianggap serba mudah sebatas sekolah atau pemberantasan buta aksara hurup. Ahirnya kini pendidikan kita mengalami berbagai masalah kronis pada setiap ranahnya, yaitu : fundamental, struktural, operasional, finansial dan kultural.

Secara fundamental pendidikan kita tidak memiliki kejelasan filosofi yang mampu menjawab pertanyaan mengenai untuk apa pendidikan/persekolahan diselenggarakan?. Kekaburan paradigma ini menyebabkan operasi pendidikan kita mengalami ketidaktepatsasaran (mismatch ), tidak menjawab kebutuhan dan persoalan masyarakat pedukungnya.

Gejala umum mismatch itu ditunjukan oleh kapabilitas yang selain tidak memiliki kesesuaian kualifikasi dalam konteks perekonomian, tetapi juga ketidaksiapan mental --misalnya etos kerja, keterampilan, enterpreurship, dan leadership -- untuk meng-handle keberlangsungan sebuah negara modern yang beradab.

Secara kultural, politik pendidikan kita dari masa ke masa dijalankan dengan naluri dan spekulasi para penguasa, tidak mengacu kepada prinsip-prinsip ilmiah ilmu pendidikan dan pengalaman negara-negara maju. Kebijakan pendidikan nasional seringkali didasarkan atas trial and error, ”hit and run”, dan ”kick and rush”, sehingga menghasilkan berbagai anomali dalam operasinya.

Anomali itu dewasa ini tampak dalam berbagai gagasan atau kebijakan seperti World Class/Research University, Sekolah Internasional/Unggul (SBI), Badan Hukum Pendidikan (BHP), Stratifikasi Portofolio, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Olimpiade Sains, dan Ujian Nasional (UN) atau Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).

Birokrasi pendidikan kita disusun atas dasar ideologi korupsi dan dihuni oleh orang-orang yang tidak memuliakan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan guru. Akibatnya, berbagai kebijakan implementasinya seringkali mengalami kendala pada meja para birokrat pendidikan.

Dari sisi finansial, ketentuan amandemen UU 1945 pasal 31 ayat 4 menetapkan anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD. Pada mulanya prosentase terebut tidak termasuk gaji guru dan biaya pendidikan kedinasan. Tetapi setelah adanya keputusan dari Mahkamah konstitusi (MK), kedua item tersebut dimasukkan dalam besaran anggaran pendidikan. Setelah mengalami kenaikan anggaran, Depdiknas kemudian menjadikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai dasar untuk sekolah gratis bagi pendidikan dasar. Akan tetapi meskipun anggaran pendidikan mengalami kenaikan, biaya pendidikan menengah dan tinggi semakin  mahal, apalagi setelah diberlakukannya Undang Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP).
Pendidikan kita kini sekarang seperti berada pada situasi ”lampu merah”  yang perlu kita atasi dan mencari solusi atas perbagai permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah reformasi dalam tubuh pendidikan yang senantiasa selaras dengan spririt falsafah bangsa Indonesia yaitu ”... mencerdaskan kehidupan bangsa...” yang tentunya sejalan dengan pembangunan ekonomi dan budaya. Pendidikan harus diorientasikan kepada pengembangan skill, etos kerja, enterpreneurship dan leadership serta penanaman nilai-nilai spiritual. Selain itu, ada tiga unsur yang harus senantiasa dijaga agar upaya perbaikan pendidikan kita sesuai dengan harapan. Pertama, aturan hukum dan berbagai macam kebijakan pemerintah harus selaras dengan amanah konstitusi pasal 31 ayat 4  yaitu anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD,. Kedua, adanya kemauan politik dari para pemegang kebijakan dalam melakukan reformasi di tubuh pendidikan karena faktor anggaran dan komitmen pemerintah sangat penting dalam perbaikan mutu dan kualitas SDM. Ketiga, hal yang sangat penting adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi seluruh masyarakat, mental yang siap dalam menghadapi berbagai macam tantangan serta mempunyai orientasi visi kedepan. Menumbuhkan semangat masyarakat pemberajar (Learning Society) sebagai bagian dari peran serta masyarakat, karena mentalitas individu sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi.

Apabila merujuk pada teori kepribadian abraham maslow, menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat beberapa hirarki kebutuhan, salah satunya adalah akan aktualisasi diri/harga diri, selanjutnya maslow membagi dua bentuk kebutuhan harga diri, yaitu ”yang lemah” dan ”yang kuat”. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. (KIM) NAWALA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template